BAHAYA PENGGUNAAN HANDPHONE
Jakarta - Dampak penggunaan ponsel masih menyisakan
perdebatan panjang hingga saat ini. Ada pihak yang menyakini bahwa
radiasi ponsel dapat mengganggu kesehatan. Namun, ada juga yang
bersikukuh bahwa ponsel tidak berbahaya.
Walau masih dalam
perdebatan, tapi tak ada salahnya jika kita lebih bijaksana saat
menggunakan ponsel untuk menghindari bahaya radiasinya. Seperti yang
dikutip dari detikinet, ada beberapa penyakit yang mungkin bisa
disebabkan oleh radiasi telepon genggam. Apa saja?
1. Kanker Otak
World
Health Organization (WHO) mengungkapkan radiasi ponsel dapat
menyebabkan kanker otak. Radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat
karsinogenik berbahaya seperti timbal, asap knalpot, dan kloroform.
Penelitian dilakukan oleh tim yang terdiri dari 31 ilmuwan dari 14
negara, termasuk Amerika Serikat, menemukan cukup bukti untuk
mengkategorikan radiasi ponsel sebagai sejenis zat berbahaya bagi
manusia. Mereka menemukan bukti peningkatan glioma dan peningkatan
resiko kanker otak akustik neuroma bagi pengguna ponsel.
2. Risiko Pada Anak
Laporan
dari International EMF (Electromagnetic Field) Collaborative yang
ditulis kelompok peneliti internasional pernah mengakui adanya
kemungkinan munculnya kanker akibat terstimulasi penggunaan ponsel,
terlebih bagi anak-anak. "Kami menyarankan perhatian yang lebih besar
bagi anak-anak yang memakai ponsel karena jaringan otak mereka masih
dalam tahap perkembangan," ujar Terry Svain dari Occupation and
Environmental Cancer Committee.
3. Risiko Terhadap Ibu Hamil
Para
peneliti di Yale University mempelajari efek radiasi yang dihasilkan
dari perangkat genggam dengan melakukan percobaan kepada tikus yang
sedang hamil. Studi ini untuk menentukan mengenai kemungkinan cacat
perkembangan bagi bayi yang terkena paparan radiasi ponsel cukup lama.
Setelah
melakukan sejumlah penelitian, kesimpulan sementara adalah paparan
radiasi pada ponsel dalam jangka tertentu ternyata dapat menyebabkan
bayi yang lahir mengalami dampak negatif pada otak, dan besar terkena
risiko ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). ADHD sendiri
merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik
anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan.
Nurse Harianja
Jumat, 14 Juni 2013
BAHAYA BERCIUMAN
Satu Ciuman Sejuta Bahayanya
Ini bumbu dalam pacaran remaja. Tapi, ngeh nggak kamu ancaman di balik aksi itu? Selain dosa, juga membahayakan kesehatan.
Bagi para aktivis pacaran, tanpa ciuman ibarat ibarat
sayur tanpa garam. Bahkan sebagian lagi menganggap, bahwa ciuman adalah
bagian budaya kita di era globalisasi ini. Ciuman adalah salah satu ciri
dalan kehidupan modern, tanda kemajuan jaman. Yang tidak ciuman,
khususnya para remaja, dibilang kuno bin kolot, bahkan ketinggalan
jaman.
Coba saja amati, saat peresmian suatu acara atau
bangunan, atau penganugerahan satu gelar atau penghargaan, bisa kita
lihat ciuman selalu mengiringi ucapan selamat. Yang ngerjain nggak cuma
kalangan selebritis, tapi pejabat juga mengamalkannya. Kalau dulu
ciuman hanya antara wanita, maka sekarang antar lain jenis pun
dilaksanakan, dan dipublikasikan secara terbuka. Nggak heran di
televisi apalagi layar lebar, adegan ciuman pasti ditemui dan seolah
sudah menjadi suatu kebiasaan, layaknya tegur sapa bila bertemu dengan
kenalan. Justru aneh bila ada sinetron atau tayangan lainnya yang sepi
bahkan tidak ada ada adegan ciumannya. Yah, begitulah kenyataan yang
ada di sekitar kita. Ciuman sudah bukan hal tabu, tapi sudah jadi
tradisi dan merakyat, sehingga bisa kita temui dimana saja dan kapan
saja. Tidak hanya adegan TV, tapi juga di tempat-tempat umum.
Jumat, 15 Maret 2013
ANGINA PECTORIS IN EMERGENCY
Pathophysiology
The past 2
decades has greatly expanded our overall understanding of the
pathophysiology of myocardial ischemic syndromes. The primary
dysfunction in angina pectoris is decreased oxygen delivery to
myocardial muscle cells. The 2 predominant mechanisms by which delivery
is impaired appear to be coronary artery narrowing and endothelial
dysfunction. Any other mechanism that affects oxygen delivery can also
precipitate symptoms.
Extracardiac causes of angina include, but are by no means limited to, anemia, hypoxia, hypotension, bradycardia, carbon monoxide exposure, and inflammatory disorders.[3] The end result is a shift to anaerobic metabolism in the myocardial cells. This is followed by a stimulation of pain receptors that innervate the heart. These pain receptors ultimately are referred to afferent pathways, which are carried in multiple nerve roots from C7 through T4. The referred/radiating pain of angina pectoris is believed to occur because these afferent pathways also carry pain fibers from other regions (eg, the arm, neck, and shoulders).
The epicardial vessel, where atherosclerosis often takes place, has the capacity to dilate via autoregulatory mechanisms to respond to increased demand. Angina occurs as this compensatory mechanism is overwhelmed either by large plaques (typically considered 70% or greater obstruction) or by significantly increased myocardial demand.[4]
Extracardiac causes of angina include, but are by no means limited to, anemia, hypoxia, hypotension, bradycardia, carbon monoxide exposure, and inflammatory disorders.[3] The end result is a shift to anaerobic metabolism in the myocardial cells. This is followed by a stimulation of pain receptors that innervate the heart. These pain receptors ultimately are referred to afferent pathways, which are carried in multiple nerve roots from C7 through T4. The referred/radiating pain of angina pectoris is believed to occur because these afferent pathways also carry pain fibers from other regions (eg, the arm, neck, and shoulders).
Coronary artery narrowing
Coronary artery narrowing appears to be the etiology of cardiac ischemia in the preponderance of cases. This has clinical significance when atherosclerotic disease diminishes or halts blood flow through the coronary arterial circulation, interfering with normal laminar blood flow. The significance of even a small change in the diameter of a blood vessel can be profound. The Poiseuille law predicts this outcome—the rate of flow is decreased exponentially by any change in the radius of the lumen. As with a smaller pediatric airway, even relatively minute changes in diameter have dramatic consequences in flow rates. Thus, when a lumen is narrowed by one fifth, the flow rate is decreased by about one half. This predicts that even a small change in a coronary artery plaque size can affect the oxygenation through that vessel's territory.
The epicardial vessel, where atherosclerosis often takes place, has the capacity to dilate via autoregulatory mechanisms to respond to increased demand. Angina occurs as this compensatory mechanism is overwhelmed either by large plaques (typically considered 70% or greater obstruction) or by significantly increased myocardial demand.[4]
Jumat, 16 November 2012
PROSEDUR PENANGANAN KEADAAN DARURAT
PROPEKEDA
Perencanaan Penanganan Keadaan Darurat
- Departemen K3LL melakukan identifikasi terhadap potensi keadaan darurat yang ada, tuangkan dalam form daftar potensi keadaan darurat.
- Buat rencana pengendalian terhadap potensi keadaan darurat yang ada dengan metode dokumentasi berupa pembuatan Standar Keadaan Darurat , nomor telepon penting, struktur organisasi keadaan darurat, tugas dan tanggung jawab team penanggulangan keadaan darurat dan standar penyimpanan tabung gas bertekanan.
- Sosialisasikan standar keadaan darurat untuk memastikan setiap karyawan mengetahui tatacara penanganan keadaan darurat.
- Lakukan uji coba penanganan keadaan darurat sesuai jadwal uji coba (dua kali dalam satu tahun) dibawah koordinasi koordinator team penanggulangan. Tuangkan evaluasinya dalam form Evaluasi uji coba penanganan keadaan darurat.
- Simpan semua record ujicoba sesuai prosedur pengendalian catatan.
Penanganan Keadaan Darurat
- Setiap karyawan yang mengetahui adanya keadaan darurat harus melaporkannya kepada team penanganan keadaan darurat.
- Team penanggulangan keadaan darurat bertanggungjawab menangani keadaan darurat yang ada. Untuk keadaan darurat kebakaran, penggunaan alat pemadam mengikuti standar penggunaan APAR dan standar penggunaan APAB.
- Jika keadaan darurat tidak dapat ditangani oleh team penanggulangan keadaan darurat, maka koordinator team harus segera menghubungi pihak luar yang terkait untuk meminta bantuan
Kamis, 08 November 2012
INSOMNIA
Tips Mengatasi Susah Tidur (Insomnia)
Susah tidur Atau insomnia dapat menyebabkan rasa frustasi bagi yang mengalaminya. Jika hal ini terjadi secara berlarut-larut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik fisik dan mental.
Penyebab susah tidur pada setiap orang
bisa berbeda-beda tetapi menurut penelitian stres akibat pekerjaan dan
masalah keuangan lebih banyak membuat orang susah tidur.
Berikut ini cara-cara mengatasi susah tidur :
- Berhentilah merasa cemas. Mengkhawatirkan berbagai masalah yang dihadapi setiap hari hanya akan membuat susah memejamkan mata.
- Hindari berolahraga 2 jam sebelum tidur. Berolahraga sebelum tidur akan mengurangi rasa rileks
- Makan makanan yang cukup. Makan yang terlalu banyak akan membuat susah bernapas saat tidur. Kurang makan membuat kita mudah terbangun karena lapar.
- Hindari minuman yang merangsang dan rokok. Jangan mengkonsumsi kafein (kopi) setelah sore hari. Hindari alkohol dan rokok apalagi menjelang sebelum tidur.
- Ciptakan zona nyaman untuk tidur. Zona nyaman untuk tidur disesuaikan dengan kebutuhan seperti cahaya lampu yang remang-remang, suasana yang tenang, bau kamar yang wangi dengan zat-zat aromaterapi, kasur dan bantal yang empuk, suhu kamar yang sejuk dan lain-lain.
- Minum sedikit air sebelum tidur. Meminum air yang banyak sebelum tidur akan membuat kebelet untuk buang air kecil sehingga akan mudah terbangun.
- Tidurlah pada saat jam tidur. Tidur yang berkepanjangan pada waktu yang bukan jam tidur akan mengganggu pola tidur.
-
Lalukan relaksasi sebelum tidur. Bisa dengan mandi air hangat, mencium aroma terapi, dan pemijatan. Atau dengan cara sederhana yaitu dengan posisi terlentang lalukan relaksasi sambil memejamkan mata rasakan udara masuk ke dalam tubuh melalui telapak kaki kemudian menjalar ke kepala.
Tidur yang cukup dan berkualitas akan membuat
badan terasa segar dan tidak capai. Tidur yang berkualitas tidak diukur
dari lamanya tidur tetapi dari perubahan badan yang menjadi segar.
Thank you.
Semoga bermanfaat
Regards
Mr.Sudy
TRIAGE
Triage
Jika
kita berkunjung ke UGD atau IRD suatu rumah sakit sering kita jumpai
istilah tiage (baca : trias) yang berasal dari bahasa Perancis.
Triage
adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma
atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.
Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada
Macam-macam korban :
- Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan bencana
- Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal
Prinsip-prinsip triage :
“Time
Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang
terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
KONSEP-KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
KONSEP-KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
I. Defenisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang
di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan
klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen.
Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,
kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai hedaruratan
II. Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi
kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan
keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis
lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda
pesien.
III. Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat
Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan
pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas
utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk
mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan
prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien
dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih
dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD,
dan memiliki kualisifikasi:
Langganan:
Postingan (Atom)